Dihalus tubuh puisimu
aksara-aksara patah ditepian cinta
dan malam menjelma selangit magenta
sedalam netra yang sudah kubaca dan terbaca
seluas larik puja
adalah rindu yang kau siulkan di jembatan kata-kata
lalu ditempat ini
violet seroja kusambut dalam gugup bahasa
duhai rindu..
katakan padanya setiba kamu disana
bahwa aku adalah senyumnya
: aku ingin tetap disisinya
Minggu, 12 April 2015
RINDU YANG MAWAR
Pertemuanku denganmu
seperti bunga yang selalu mekar di setiap senyuman
harumnya seperti hiasan rindu yang tersemat di dadamu
perlahan kau ciptakan rupa cahaya yang lahir dari wajah-wajah cinta
indah seperti lembayung senja yang bergantungan di langit saga
lalu tawamu meruang
melukiskan bianglala di cakrawala jingga
satu-satu senyum berjatuhan dalam lembar diary savana
seperti puisi yang lahir dari rinduku yang mawar
seperti bunga yang selalu mekar di setiap senyuman
harumnya seperti hiasan rindu yang tersemat di dadamu
perlahan kau ciptakan rupa cahaya yang lahir dari wajah-wajah cinta
indah seperti lembayung senja yang bergantungan di langit saga
lalu tawamu meruang
melukiskan bianglala di cakrawala jingga
satu-satu senyum berjatuhan dalam lembar diary savana
seperti puisi yang lahir dari rinduku yang mawar
MENUJU WAJAH RINDU
Gerimis antarkan seikat pelangi yang pernah mengikat rambutku
ku lihat kau pergi
angin hembuskanmu, terbang
hanya sisa wangi tubuhmu yang terengkuh di penghujung musim
adalah kesunyian menjadi pilihan masa ketika hujan membuat kesetiaan dengan negeri ini
pada rentang waktu yang masih panjang
biarkan semi menjamah rindu bersama mimpi yang tak lagi basah
ada air mata
mungkin milikku
dari langit yang ku tatap ia terlahir
dan tujuh belas larikan gerimis tinggalkan sunyi mendekap hening
denting yang ku ganti kerling
membuat hatiku terdampar di matamu_bening
lalu,
ketika senja berguguran di ladang savana
senyumku berlarian menuruni kaki langit
menuju wajah rindu_kekasih
cinta ini begitu teduh di dada
terjaga di setiap kali mata terbuka
wajahmu serupa do'a yang membentuk diri
rebah pada sebuah hati
terdiam tenang diantara tulisan hidup yang aku jala
ku lihat kau pergi
angin hembuskanmu, terbang
hanya sisa wangi tubuhmu yang terengkuh di penghujung musim
adalah kesunyian menjadi pilihan masa ketika hujan membuat kesetiaan dengan negeri ini
pada rentang waktu yang masih panjang
biarkan semi menjamah rindu bersama mimpi yang tak lagi basah
ada air mata
mungkin milikku
dari langit yang ku tatap ia terlahir
dan tujuh belas larikan gerimis tinggalkan sunyi mendekap hening
denting yang ku ganti kerling
membuat hatiku terdampar di matamu_bening
lalu,
ketika senja berguguran di ladang savana
senyumku berlarian menuruni kaki langit
menuju wajah rindu_kekasih
cinta ini begitu teduh di dada
terjaga di setiap kali mata terbuka
wajahmu serupa do'a yang membentuk diri
rebah pada sebuah hati
terdiam tenang diantara tulisan hidup yang aku jala
TENTANG MU
Kuncup mekar sebuah mawar
mewangi abadi tujuh belas purnama
harum aroma tubuhmu menyatu desiran angin
membius pikir kala sadar hampir menepi mimpi
kusentuh sepimu kala gelap mengepungmu
coba menakar titik-titik rindu yang melingkar
indahmu kujaga hingga malam lelah mengembara
senyummu,
menyungging di tengah cahaya bintang
tetap terjaga kumemandang wajahmu yang serupa tanda di kitab tua
lelaki entah dalam mimpi yang merekah
sunyi beralih, udara berubah
hening melangkah dalam jejak sajak kita
penghujung kata terselip rindu bagimu kanda
mewangi abadi tujuh belas purnama
harum aroma tubuhmu menyatu desiran angin
membius pikir kala sadar hampir menepi mimpi
kusentuh sepimu kala gelap mengepungmu
coba menakar titik-titik rindu yang melingkar
indahmu kujaga hingga malam lelah mengembara
senyummu,
menyungging di tengah cahaya bintang
tetap terjaga kumemandang wajahmu yang serupa tanda di kitab tua
lelaki entah dalam mimpi yang merekah
sunyi beralih, udara berubah
hening melangkah dalam jejak sajak kita
penghujung kata terselip rindu bagimu kanda
TATAPAN MATAMU
Kau petikkan senja
lalu
kau letakkan di lentik jemariku, indah
tatap matamu sejuk menggaris pelangi
megah tak mungkin kuubah
jejak sunyimu melenggang disela liukan ilalang
hanyut terperangkap dalam sebuah dekap
kau sematkan seputik melati pada rambutku
wangi lengkapi senyuman manjaku
lalu
kau letakkan di lentik jemariku, indah
tatap matamu sejuk menggaris pelangi
megah tak mungkin kuubah
jejak sunyimu melenggang disela liukan ilalang
hanyut terperangkap dalam sebuah dekap
kau sematkan seputik melati pada rambutku
wangi lengkapi senyuman manjaku
RINDU YANG KIAN MEMBARA
Malam ini sunyi
cahaya bulan merapat diranting ketapang
bentangan langit tak terbatas mengekang angan dalam tiap ruas
daun menggigil dalam pelukan angin musim semi
dingin..
lagi-lagi kita merinding dalam hasrat tak terucap
jarak pisahkan kita dalam bentangan kesunyian
namun tak mungkin kubuang rindu yang semakin dalam
bergayut..
dekaplah aku
mendekatlah
bulan terjatuh dilantai kamar
cahaya bulan merapat diranting ketapang
bentangan langit tak terbatas mengekang angan dalam tiap ruas
daun menggigil dalam pelukan angin musim semi
dingin..
lagi-lagi kita merinding dalam hasrat tak terucap
jarak pisahkan kita dalam bentangan kesunyian
namun tak mungkin kubuang rindu yang semakin dalam
bergayut..
dekaplah aku
mendekatlah
bulan terjatuh dilantai kamar
KEKASIH
Kekasih,
bukankah malam yang panjang akan diakhiri dengan sebuah kecupan
saat percakapan berhenti dibatasan kata
sedang rindu masih berjalan mengenakan pakaian hitam
wajahku menciut dalam sebuah sepi coba mendekapmu
lalu do'a kulangitkan
hingga rindu mencipta bayangmu tepat dikedua mataku
hujan sembunyi dibalik dahan
sekedar ingin melihat kita bercumbu menghabiskan malam
bukankah malam yang panjang akan diakhiri dengan sebuah kecupan
saat percakapan berhenti dibatasan kata
sedang rindu masih berjalan mengenakan pakaian hitam
wajahku menciut dalam sebuah sepi coba mendekapmu
lalu do'a kulangitkan
hingga rindu mencipta bayangmu tepat dikedua mataku
hujan sembunyi dibalik dahan
sekedar ingin melihat kita bercumbu menghabiskan malam
UNTUK MU
Berbisik didasar hati
bertanyakan pada diri
tentang kekasih
tentang cinta
haruskah aku menanti
haruskah tanganku ini menggapai hanya ilusi mimpi
putusnya didalam hati
tak mungkin tercantum lagi
kuintai cinta dalam rahasia dan air mata
mereka sering berkata
cinta itu milik kita
tapi mengapa kau enggan ucapkan cinta
bertanyakan pada diri
tentang kekasih
tentang cinta
haruskah aku menanti
haruskah tanganku ini menggapai hanya ilusi mimpi
putusnya didalam hati
tak mungkin tercantum lagi
kuintai cinta dalam rahasia dan air mata
mereka sering berkata
cinta itu milik kita
tapi mengapa kau enggan ucapkan cinta
PAGI INI HUJAN MEMBAWA CERITA BARU
Tak kulihat mentari terbangun pagi ini
dingin malampun masih enggan beranjak
kunyanyikan senandung pagi lirih diujung telingamu
agar terpugar setiap janji hati dalam gelora cintaku
0, lelaki yang membawa sketsa embun dikelopak matamu
yang selalu kubalut dengan selimut kabut rinduku
yang kupeluk tubuhnya, merapat tersenyum saat kukecup keningmu
lihatlah..
ku baharui sajak cintaku dalam lekuk bibirmu
karena ada setiap rindu membara untukmu
dingin malampun masih enggan beranjak
kunyanyikan senandung pagi lirih diujung telingamu
agar terpugar setiap janji hati dalam gelora cintaku
0, lelaki yang membawa sketsa embun dikelopak matamu
yang selalu kubalut dengan selimut kabut rinduku
yang kupeluk tubuhnya, merapat tersenyum saat kukecup keningmu
lihatlah..
ku baharui sajak cintaku dalam lekuk bibirmu
karena ada setiap rindu membara untukmu
BERUMPUN PELANGI SERIBU WARNA
Puisi ini
cinta yang baru dimulai
terajut
pelan dan diam
puisi ini
kamu dan rembulan di matamu
menyajakkan tentang kerinduan
bagimu
untukmu
puisi ini
sketsa malam yang hangat
tersenyum
bertutur selamat malam pada bumi hati
bersemak embun
cinta yang baru dimulai
terajut
pelan dan diam
puisi ini
kamu dan rembulan di matamu
menyajakkan tentang kerinduan
bagimu
untukmu
puisi ini
sketsa malam yang hangat
tersenyum
bertutur selamat malam pada bumi hati
bersemak embun
LELAKI DI PUNCAK MALAM
Ketika malam Elok Laksana Rembulan
sungguh Pesona kanda tiada tara
kian hari aku kerap melihatmu hadir dalam perjamuan
menyulam Sekeping Hati benarbenar merah di dada
beginilah Cinta
Getar yang tertangkap Senja
seperti Musim yang menandai tiap liku perjalanan
maka Cinta mengundangku lewat do'a-do'a yang bersentuhan
duhai kanda
hari ini tanpa hitungan Waktu
aku adalah hampa
seumpama Kelana yang merupa angin di antara udara yang menjadi nafasmu
dan kini di penghujung malam yang sama
ingin ku sapa segaris nama
namamu kanda
'' Selamat malam cinta.."
( ku kira.. aku telah jatuh cinta )
sungguh Pesona kanda tiada tara
kian hari aku kerap melihatmu hadir dalam perjamuan
menyulam Sekeping Hati benarbenar merah di dada
beginilah Cinta
Getar yang tertangkap Senja
seperti Musim yang menandai tiap liku perjalanan
maka Cinta mengundangku lewat do'a-do'a yang bersentuhan
duhai kanda
hari ini tanpa hitungan Waktu
aku adalah hampa
seumpama Kelana yang merupa angin di antara udara yang menjadi nafasmu
dan kini di penghujung malam yang sama
ingin ku sapa segaris nama
namamu kanda
'' Selamat malam cinta.."
( ku kira.. aku telah jatuh cinta )
RJP
Malam rebah di sudut kota
senyap dibalik lelap
angin di musim salju berlarian
menyusup perlahan di rimbun dedaunan
rembulan kosong diparas malam
tiba-tiba sajak-sajakku tenggelam dikedalaman matanya
lalu aku mengganti sesuatu melalui peradaban kata
entah...
apakah masih ada puisi untukku didalamnya
kekasih,
genggamlah hatiku di kecuraman cuaca
cinta ini hakikat tanpa terjemahan
tak kan ada yang tersesat dilamun ombak
bila kita mampu membaca langit
senyap dibalik lelap
angin di musim salju berlarian
menyusup perlahan di rimbun dedaunan
rembulan kosong diparas malam
tiba-tiba sajak-sajakku tenggelam dikedalaman matanya
lalu aku mengganti sesuatu melalui peradaban kata
entah...
apakah masih ada puisi untukku didalamnya
kekasih,
genggamlah hatiku di kecuraman cuaca
cinta ini hakikat tanpa terjemahan
tak kan ada yang tersesat dilamun ombak
bila kita mampu membaca langit
Langganan:
Komentar (Atom)